Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Jumat, 19 Maret 2010

Revaluasi Aset: Pajak vs Akuntansi

Revaluasi Aset adalah penilaian kembali aset yang dimiliki suatu entitas sehingga mencerminkan nilai aset sekarang. Berdasarkan PSAK 16 yang baru, perusahaan dapat memilih model biaya atau model revaluasi sebagai dasar menilai aset setelah dimiliki. Aturan ini konsisten dengan peraturan dalam IAS. Menurut Akuntansi selisih akibat penilaian kembali aset diakui sebagai komponen ekuitas. Menurut pajak, selisih akibat penilaian kembali aset termasuk penghasilan yang merupakan obyek pajak. Adopsi PSAK baru tersebut akan membawa perbedaan perlakuan pencatatan yang jika tidak dipahami akan disalahartikan dalam penentuan obyek pajak penghasilan.

Perubahan PSAK tentang Revaluasi

Revaluasi aset adalah penilaian kembali nilai suatu aset. Revaluasi ini sebenarnya dapat dilakukan tidak hanya untuk aset tetapi juga kewajiban dan bentuk kekayaan yang lain. Namun seringkali revaluasi dikaitkan dengan aset khususnya aset tetap. Revaluasi dapat mengakibatkan nilai aset menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai tercatatnya. Konotasi yang muncul, revaluasi hanya akan mengakibatkan nilai aset menjadi lebih besar. Jika nilai aset turun, istilah yang sering digunakan adalah impairment (penurunan nilai), padahal makna impairmen tidak sama dengan nilai revaluasi yang akan menghasilkan nilai aset menjadi lebih rendah.

PSAK 16 tentang aset tetap yang dikeluarkan tahun 1994, menjelaskan bahwa revaluasi aset dibolehkan sepanjang peraturan membolehkan revaluasi. Prinsip pencatatan aset tetap menggunakan harga perolehan, sehingga nilai aset tersebut akan tetap dicatat sebesar harga perolehan walaupun terjadi perubahan nilai aset tersebut. Akibatnya aset tetap tidak mencerminkan kondisi sekarang aset tersebut sehingga menyebabkan relevansi laporan berkurang. Penggunaan harga perolehan sebagai dasar pencatatan karena nilai tersebut lebih dapat diandalkan.

Ketentuan tentang revaluasi dalam PSAK tersebut merupakan pelanggaran terhadap prinsip harga perolehan. Karena dengan adanya ketentuan revaluasi maka aset akan disajikan sebesar nilai pada saat revaluasi dan tidak mencerminkan nilai pada saat perolehan.

bersambung....

Senin, 15 Maret 2010

Kuingin tetap mencintaimu....

Ijinkan aku bersihkan hati
Membuang noda, menyeka lara

Dukaku bukan karenanya
Namun karena CintaNya

Kuingin tetap mencintaimu
Tapi tak ingin berharap memilikimu

Kuingin menyayangmu
Karena kuingin bahagiamu

Kuingin ikhlas menyayangmu
Namun aku tidak ingin tercuri harapan semu

Kuingin ikhlas mencintaimu
Hanya berharap Kasih dan sayangMU...


Depok, 15/03/10
Saat sapamu kembali
Kuingin tetap mencintaimu.

SAAT KETEMUKAN SAHABAT...

Hadirmu tanpa sengaja
Saat hati gundah gulana

Hadirmu karena CintaNya
Tuk sembuhkan luka nan lara

Nasehat dan petuah mengalir penuh makna
Menuntun lara menjadi tawa

Kauingatkan jiwa yang terlena
Tercuri hati tercabik duka

Kautuntun hati yang nestapa
Tertutup hati oleh titik noda

Inikah CintaMu
Yang Kauhadirkan lewat adikku

Inikah KasihMu
Yang Kauhadirkan lewat sapanya

Semoga persahabatan abadi kiranya
saat cinta dan taat s'bagai dasarnya

Menebar dakwah sesama sarananya
Menuju surga abadi tujuannya


Depok, 15 Maret 2010
Buat Adikku..
Thanks ya doakan Mbak bisa...

TERPAUTNYA HATI....

Hati terpaut karena rasa saling menghargai, menyayangi dan mencintai. Namun pernahkah kita berpikir, bahwa pemahaman saja tidak dapat membuahkan cinta, pengertian juga belum tentu menimbulkan kasih sayang. Kadang kita lupa bahwa terpautnya hati karena kasih sayang dari Allah. Kita sering menganggap bahwa kebersamaan akan memunculkan cinta seperti pepatah Jawa: Witing tresno jalaran saka kulino... Bisa saja itu muncul, namun kita lupa bahwa cinta tumbuh karena kasih sayang dari Allah.

Cobalah tengok kehidupan kita pribadi. Ada kalanya kita dapat begitu menyayangi saudara kita yang satu namun merasa sulit sekali kita dekat dengan Saudara kita yang lain. Kadang kita bisa dekat dan demikian akrab dengan si A namun sulit sekali untuk melakukan hal yang sama untuk si B. Di situlah kita menyadari bahwa Allahlah yang mempertautkan hati.

Hati yang tertaut tidak selamanya abadi. Allah pun membolak balikkan hati kita, ada kalanya pada suatu waktu kita menyukai seseorang namun pada hari yang lain kita membenci orang tersebut. Sepasang suami istri pada awalnya tampak rukun, namun mengapa dapat bertengkar, saling tidak menegur bahkan ada yang harus berpisah. Adakah perubahan yang terjadi. Seorang teman yang lama berumah tangga mengatakan, kebingungan berkomunikasi dengan suaminya, padahal rasanya waktu dulu di awal pernikahan rasanya tidak ada yang tidak dapat dipahami, tidak ada yang tidak bisa dikomunikasikan, semua serba mudah... Mungkin saat itu Allah tidak lagi mempertautkan hati mereka. Saat itu komitmen mereka sudah menjadi pudar karena kurangnya komunikasi, kurangnya pemahaman dan penghargaa.

Tapi cobalah bagaimana hati Rasulullah terpaut dengan Siti Khatijah, bagaimana hati Fatimah terpaut dengan Ali, hati Abu Bakar terpaut dengan Bilal, hati Salam terpaut pada Abu Dzar, hati kaum muhajirin terpaut dengan kaum Anshor. Mengapa mereka demikian terpaut, dan menjadi sahabat sejati di duni dan juga di akherat. Jawabannya adalah karena hati mereka dipautkan oleh Allah dan dijaga oleh Allah karena persaudaraan dan kasih sayang yang hakiki.

Sangat beda dengan persaudaraan tokoh politik. Yang dulu kita lihat akrab memperjuangkan bendera politik yang sama, namun ketika cita-cita telah tercapai dan berubah orientasi maka pecahlah mereka. Bahkan perpecahan Sukarno dan Hatta di era 50an memberikan bukti bahwa teman senasib dan seperjuangan dalam membela bangsa pun tidak cukup untuk tetap menyatukan hati mereka untuk berjalan seiring sejalan. Jika dilihat perjalanan tokoh politik era 50 dan 60an, banyak diantara mereka yang kemudian pecah karena perbedaan haluan politik, padahal mereka dahulu sama-sama memperjuangkan kemerdekaan kita.

Persaudaraan dan tertautnya hati akan menjadi hakiki jika persaudaraan tersebut dilandasi pada pilar-pilar agama, dan kasih sayang Allah. Minimal ada 4 hal yang harus diperhatikan agar hati benar-benar dapat terpaut dalam indahnya persaudaraan dan kasih sayang.

1. Landasi karena Cinta pada Allah.
Saat persaudaraan dilandasi karena cinta pada Allah maka Allah pun akan menuntun persaudaraan tersebut menjadi sebuah persahabatan yang penuh keindahan.

2. Jalankan semata karena taat pada Allah
Pertautan hati akan menjadi indah karena perjalanannya dilakukan dalam rangka taat pada Allah. Malaikat pun akan menaungi jalannya karena semata karena ketaatan pada Allah.

3. Lakukan dalam rangka menyeru pada agama Allah
Persarudaran yang dilandasi dakwah tidak ada yang akan dilakukan kecuali kebaikan dan tidak akan yang ditebarkan buat sesama selain rahmah dan kasih sayang. Agama Allah menghendaki tertebarkan rahmat bagi semesta alam.

4. Berjuang di jalan Allah
Pertautan hati akan menjadi kokoh kala tujuan persaudaraan adalah sesuatu yang pasti di ridhoi.

Alangkah indahnya jika, cinta, taat, dakwah dan jihad karena Allah menjadi landasan dalam berumah tangga dan bersaudara. Akan damai dunia kita jika setiap keluarga dapat menjadikan cinta dan taat sebagai landasan dalam berkeluarga, dakwah sebagai jalan hidupnya dan jihad menjadi tujuan akhir. Saat hati ini terpaut karena cinta dan taat pada Allah apakah ada kekuatan yang dapat menghalaunya...

Depok, 14/03/2010
Jazakillah Ummi materinya